Selasa, 20 Maret 2012

Skizofrenia

     Skizofrenia merupakan penyakit otak yang timbul akibat ketidakseimbangan pada dopamin, yaitu salah satu sel kimia dalam otak. Ia adalah gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respons emosional dan menarik diri dari hubungan antarpribadi normal. Sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan halusinasi (persepsi tanpa ada rangsang pancaindra).
Pada pasien penderita, ditemukan penurunan kadar transtiretin atau pre-albumin yang merupakan pengusung hormon tiroksin, yang menyebabkan permasalahan pada zalir serebrospinal.
Skizofrenia bisa mengenai siapa saja. Data American Psychiatric Association (APA) tahun 1955 menyebutkan 1% populasi penduduk dunia menderita skizofrenia.
75% penderita skizofrenia mulai mengidapnya pada usia 16-25 tahun. Usia remaja dan dewasa muda memang berisiko tinggi karena tahap kehidupan ini penuh stresor. Kondisi penderita sering terlambat disadari keluarga dan lingkungannya karena dianggap sebagai bagian dari tahap penyesuaian diri.
Pengenalan dan intervensi dini berupa obat dan psikososial sangat penting karena semakin lama ia tidak diobati, kemungkinan kambuh semakin sering dan resistensi terhadap upaya terapi semakin kuat. Seseorang yang mengalami gejala skizofrenia sebaiknya segera dibawa ke psikiater dan psikolog.

Gejala

Indikator premorbid (pra-sakit) pre-skizofrenia antara lain
  1. ketidakmampuan seseorang mengekspresikan emosi: wajah dingin, jarang tersenyum, acuh tak acuh.
  2. Penyimpangan komunikasi: pasien sulit melakukan pembicaraan terarah, kadang menyimpang (tanjential) atau berputar-putar (sirkumstantial).
  3. Gangguan atensi: penderita tidak mampu memfokuskan, mempertahankan, atau memindahkan atensi.
  4. Gangguan perilaku: menjadi pemalu, tertutup, menarik diri secara sosial, tidak bisa menikmati rasa senang, menantang tanpa alasan jelas, mengganggu dan tak disiplin.
Gejala-gejala skizofrenia pada umumnya bisa dibagi menjadi dua kelas:
  1. Gejala-gejala Positif
    Termasuk halusinasi, delusi, gangguan pemikiran (kognitif). Gejala-gejala ini disebut positif karena merupakan manifestasi jelas yang dapat diamati oleh orang lain.
  2. Gejala-gejala Negatif
    Gejala-gejala yang dimaksud disebut negatif karena merupakan kehilangan dari ciri khas atau fungsi normal seseorang. Termasuk kurang atau tidak mampu menampakkan/mengekspresikan emosi pada wajah dan perilaku, kurangnya dorongan untuk beraktivitas, tidak dapat menikmati kegiatan-kegiatan yang disenangi dan kurangnya kemampuan bicara (alogia).
Meski bayi dan anak-anak kecil dapat menderita skizofrenia atau penyakit psikotik yang lainnya, keberadaan skizofrenia pada grup ini sangat sulit dibedakan dengan gangguan kejiwaan seperti autisme, sindrom Asperger atau ADHD atau gangguan perilaku dan gangguan Post Traumatic Stress Dissorder. Oleh sebab itu diagnosa penyakit psikotik atau skizofrenia pada anak-anak kecil harus dilakukan dengan sangat berhati-hati oleh psikiater atau psikolog yang bersangkutan.
Pada remaja perlu diperhatikan kepribadian pra-sakit yang merupakan faktor predisposisi skizofrenia, yaitu gangguan kepribadian paranoid atau kecurigaan berlebihan, menganggap semua orang sebagai musuh. Gangguan kepribadian skizoid yaitu emosi dingin, kurang mampu bersikap hangat dan ramah pada orang lain serta selalu menyendiri. Pada gangguan skizotipal orang memiliki perilaku atau tampilan diri aneh dan ganjil, afek sempit, percaya hal-hal aneh, pikiran magis yang berpengaruh pada perilakunya, persepsi pancaindra yang tidak biasa, pikiran obsesif tak terkendali, pikiran yang samar-samar, penuh kiasan, sangat rinci dan ruwet atau stereotipik yang termanifestasi dalam pembicaraan yang aneh dan inkoheren.
Tidak semua orang yang memiliki indikator premorbid pasti berkembang menjadi skizofrenia. Banyak faktor lain yang berperan untuk munculnya gejala skizofrenia, misalnya stresor lingkungan dan faktor genetik. Sebaliknya, mereka yang normal bisa saja menderita skizofrenia jika stresor psikososial terlalu berat sehingga tak mampu mengatasi. Beberapa jenis obat-obatan terlarang seperti ganja, halusinogen atau amfetamin (ekstasi) juga dapat menimbulkan gejala-gejala psikosis.
Penderita skizofrenia memerlukan perhatian dan empati, namun keluarga perlu menghindari reaksi yang berlebihan seperti sikap terlalu mengkritik, terlalu memanjakan dan terlalu mengontrol yang justru bisa menyulitkan penyembuhan. Perawatan terpenting dalam menyembuhkan penderita skizofrenia adalah perawatan obat-obatan antipsikotik yang dikombinasikan dengan perawatan terapi psikologis.
Kesabaran dan perhatian yang tepat sangat diperlukan oleh penderita skizofrenia. Keluarga perlu mendukung serta memotivasi penderita untuk sembuh. Kisah John Nash, doktor ilmu matematika dan pemenang hadiah Nobel 1994 yang mengilhami film A Beautiful Mind, membuktikan bahwa penderita skizofrenia bisa sembuh dan tetap berprestasi.


Sabtu, 17 Maret 2012

kesehatan mental

4 madzab keilmuan yang memberikan definisi kesehatan mental
  • Menurut erikson ( psikososial ) : Konsep “sehat” sendiri mempunyai arti yang sangat luas.”sehat “ bukan sekedar berarti tidak sakit melainkan pengertiannya bisa lebih luas dari itu. Menurut kamus bahasa Indonesia modern, kata sehat berarti : dalam keadaan yang baik sekujur badan serta bagian-bagiannya, bebas dari penyakit, dalam keadaan waras ; mendatangkan kebaikan pada badan ; baik dalam keadaan biasa atau normal pikirannya; berjalan sebagaimana mestinya.
    Dalam definisi lain,sehat adalah kondisi seseorang dimana seluruh bagian dari manusia dapat bekerja sama dengan baik,sehingga dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
    Sedangkan kata “mental” atau mentalitas berarti : cara berfikir dan berperasaan (afeksi,kognisi,dan konasi). Dengan kata lain mengacu pada kondisi internal individu.
    + Kes-Men : Metode / usaha-usaha untuk mencapai mental yang sehat.
    + Kesehatan Mental menurut WHO, seseorang yang sehat mental/jiwanya : merasa sehat dan bahagia, mampu menghadapi tantangan hidup, menerima orang lain apa adanya (ber-empati dan tidak berprasangka) , serta bersikap positif terhadap dirinya sendiri dan orang lain.
    + Kes-Men juga dapat dilihat dari berbagai Aspek : Intelektual, Sosial, Spiritual-Moral, Emosional.
    + MESANA EN CORPORESANO : “Dalam Tubuh Yang Sehat Terdapat Jiwa yang Kuat”
    + CORPORESANO EN MENASA : “ Dalam Jiwa yang Kuat terdapat Tubuh Yang Sehat” ( sumber : gunadarma.ac.id 
  • Alexander Schneider , ilmu Kesehatan mental adalah ilmu yang mengembangkan dan menerapkan seperangkat prinsip yang praktis dan bertujuan untuk mencapai dan memelihara kesejahteraan psikologis organisme manusia dan mencegah gangguan mental serta ketidak kemampuan menyesuaikan diri.
  • Samson, sin dan hofilena ; ilmu kesehatan mental sebagai ilmu yang bertujuan untuk menjaga dan memelihara fungsi fungsi mental sebagai ilmu yang bertujuan untuk menjaga dan memelihara fungsi mental yang sehat dan mencegah ketidak mampuan menyesuaikan diri atau kegiatan kegiatan mental yang kalut
  • DB Klein ; Ilmu kesehatan mental adalah ilmu yang bertujuan untuk mencegah penyakit mental dan mengingkatkan kesehatan mental
  • Louis P Thrope ; ilmu kesehatan mental adalah tahap psikologi yang bertujuan untuk mencapai dan memelihara kesehatan mental.
Periodesasi perkembangan ilmu kesehatan mental :
  • Zaman Prasejarah
Manusia purba sering mengalami gangguan mental atau fisik, seperti infeksi, artritis, dll
  • Zaman peradaban awal
1. Phytagoras ( orang yang pertama memberi penjelasan alamiah terhadap penyakit mental )
2. Hypocrates ( Ia berpendapat penyakit / gangguan otak adalah penyebab penyakit mental
3. Plato , menurutnya gangguan mental sebagian gangguan moral, gangguan fisik dan sebagiaan lagi dari dewa dewa
Zaman Renaissesus
Pada zaman ini di beberapa negara eropa , para tokoh keagamaan, ilmu kedokteran dan filsafat mulai menyangkal anggapan bahwa pasien sakit mental tenggelam dalam dunia tahayul
  • ERA PRA ILMIAH
1. Kepercayaan Animisme
Sejak zaman dulu gangguan mental telah muncul dalam konsep primitif, yaitu kepercayaan terhadap faham animisme bahwa dunia ini diawasi atau dikuasai oleh roh-roh atau dewa-dewa. Orang Yunani kuno percaya bahwa orang mengalami gangguan mental, karena dewa marah kepadanya dan membawa pergi jiwanya. Untuk menghindari kemarahannya, maka mereka mengadakan perjamuan pesta (sesaji) dengan mantra dan kurban.

2. Kepercayaan Naturalisme
Suatu aliran yang berpendapat bahwa gangguan mental dan fisik itu akibat dari alam. Hipocrates (460-367) menolak pengaruh roh, dewa, setan atau hantu sebagai penyebab sakit. Dia mengatakan, “Jika anda memotong batok kepala, maka anda akan menemukan otak yang basah, dan mencium bau amis. Tapi anda tidak akan melihat roh, dewa, atau hantu yang melukai badan anda.”
Seorang dokter Perancis, Philipe Pinel (1745-1826) menggunakan filsafat polotik dan sosial yang baru untuk memecahkan problem penyakit mental. Dia terpilih menjadi kepala Rumah Sakit Bicetre di Paris. Di rumah sakit ini, pasiennya dirantai, diikat ketembok dan tempat tidur. Para pasien yang telah di rantai selama 20 tahun atau lebih, dan mereka dianggap sangat berbahaya dibawa jalan-jalan di sekitar rumah sakit. Akhirnya, diantara mereka banyak yang berhasil, mereka tidak lagi menunjukkan kecenderungan untuk melukai atau merusak dirinya.

B. ERA MODERN

Perubahan luar biasa dalam sikap dan cara pengobatan gangguan mental terjadi pada saat berkembangnya psikologi abnormal dan psikiatri di Amerika pada tahun 1783. Ketika itu Benyamin Rush (1745-1813) menjadi anggota staf medis di rumah sakit Pensylvania. Di rumah sakit ini ada 24 pasien yang dianggap sebagai “lunatics” (orang gila atau sakit ingatan). Pada waktu itu sedikit sekali pengetahuan tentang penyebab dan cara menyembuhkan penyakit tersebut. Akibatnya pasien-pasien dikurung dalam ruang tertutup, dan mereka sekali-kali diguyur dengan air.
Rush melakukan suatu usaha yang sangat berguna untuk memahami orang-orang yang menderita gangguan mental tersebut melalui penulisan artikel-artikel. Secara berkesinambungan, Rush mengadakan pengobatan kepada pasien dengan memberikan dorongan (motivasi) untuk mau bekerja, rekreasi, dan mencari kesenangan.
Pada tahun 1909, gerakan mental Hygiene secara formal mulai muncul. Perkembangan gerakan mental hygiene ini tidak lepas dari jasa Clifford Whitting Beers (1876-1943) bahkan karena jasanya itu ia dinobatkan sebagai “The Founder of the Mental Hygiene Movement” dia terkenal karena pengalamannya yang luas dalam bidang pencegahan dan pengobatan gangguan mental dengan cara yang sangat manusiawi.
Secara hukum, gerakan mental hygiene ini mendapat pengakuan pada tanggal 3 Juli 1946, yaitu ketika presiden Amerika Serikat menandatangani The National Mental Health Act., yang berisi program jangka panjang yang diarahkan untuk meningkatkan kesehatan mental seluruh warga masyarakat.
Bebarap tujuan yang terkandung dalam dokumen tersebut meliputi
1) Meningkatkan kesehatan mental seluruh warga masyarakat Amerika Serikat, melalui penelitian, investigasi, eksperimen, penayangan kasus-kasus, diagnosis, dan pengobatan
2) Membantu lembaga-lembaga pemerintah dan swasta yang melakukan kegiatan penelitian dan meningkatkan koordinasi antara para peneliti dalam melakukan kegiatan dan mengaplikasikan hasil-hasil penelitiannya
3) Memberikan latihan terhadap para personel tentang kesehatan mental
4) Mengembangkan dan membantu negara dalam menerapkan berbagai metode pencegahan, diagnosis, dan pengobatan terhadap para pengidap gangguan mental.
Pada tahun 1950, organisasi mental hygiene terus bertambah, yaitu dengan berdirinya National Association for Mental Health. Gerakan mental hygiene ini terus berkembang sehingga pada tahun 1975 di Amerika terdapat lebih dari seribu perkumpulan kesehatan mental. Di belahan dunia lainnya, gerakan ini dikembangkan melalui The World Federation for Mental Health dan The World Health Organization. ( sumber : http://riani-fajrin.blogspot.com/2010/04/kesehatan-mental.html )
Sebuah ilmu dengan objek telaah perilaku manusia tidak dapat berdiri sendiri. Jelaskan ilmu apa saja kah yang berperan dalam memahami kesemen menjadi lebih komprehensif :
  1. Antropologi kesehatan
  2. Psikologi kesehatan
  3. Sosial kesehatan
Menurut Weaver :
Antropologi Kesehatan adalah cabang dari antropologi terapan yang menangani berbagai aspek dari kesehatan dan penyakit (Weaver, 1968;1)
Psikologi Kesehatan juga mempelajari aspek-aspek psikologis dari pencegahan dan perawatan sakit. Seorang psikologi kesehatan misalnya, membantu mereka yang bekerja di lingkungan yang memiliki tingkat stress yang tinggi untuk mengelola stress dengan efektif, sehingga tekanan yang dialami di lingkungan kerja tidak mempengaruhi kesehatan mereka. Seorang psikolog kesehatan juga dapat bekerja dengan mereka yang sedang menderita suatu penyakit agar dapat menyesuaikan mental dan fisik mereka dengan penyakit tersebut atau untuk mematuhi treatment yang dirancang oleh dokter yang merawatnya. ( http://evantherapy.wordpress.com/2010/03/20/memahami-psikologi-kesehatan/ )
Antropologi Kesehatan adalah cabang dari antropologi terapan yang menangani berbagai aspek dari kesehatan dan penyakit (Weaver, 1968;1)
KETERKAITAN PENYESUAIAN DIRI DENGAN KESEHATAN MENTAL
(1) Kesehatan mental merupakan kunci dari penyesuaian diri yang sehat
(2) Kesehatan mental merupakan bagian integral dari proses adjusment secara keseluruhan
(3) Kualitas mental yang sehat merupakan fundamen yang penting bagi “good adjusment”
B. PENYESUAIAN YANG NORMAL (WELL ADJUSMENT)
Seseorang dapat dikatakan memiliki penyesuaian diri yang normal, yang baik, apabila dia mampu memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalahnya secara wajar, tidak merugikan diri sendiri dan lingkungannya, serta sesuai dengan norma agama. Penyesuaian yang normal ini memiliki karakteristik sebagai berikut (Schneiders, 1964: 2740276)
1. Absence of excessive emotionality (terhindar dari ekspresi emosi yang berlebihan, merugikan, tidak mampu mengontrol diri)
2. Absence of psychological mechanisme (terhindar dari mekanisme-mekanisme psikologis, seperti rasionalisasi, agresi, kompensasi, dsb)
3. Absence of the sense of personal frustration (terhindar dari perasaan frustasi atau kecewa karena tidak terpenuhinya kebutuhannya)
4. Rational deliberation and self-direction (memiliki pertimbangan rasional, yaitu mampu memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan yang matang dan mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang diambil)
5. Ability to learn (mampu belajar, mampu mengembangkan dirinya dalam upaya memenuhi kebutuhan atau mengatasi masalah)
6. Utilization of past experience (mampu memanfaatkan pengalaman masa lalu, bercermin ke masa lalu baik yang terkait dengan keberhasilan maupun kegagalan untuk mengembangkan kualitas hidup yang lebih baik)
7. Realistic, objective attitude (mampu menerima kenyataan yang dihadapi secara wajar, mampu menghindari, merespon situasi atau masalah secara rasional, tidak didasari oleh prasangka buruk)
C. PENYESUAIAN YANG MENYIMPANG
1. Reaksi Bertahan (deference reaction = flight from self)
Orang ini berusaha mempertahankan diri sendiri, seolah-olah tidak mengalami kegagalan, menutupi kegagalan, atau kelemahan dirinya dengan cara-cara atau alasan-alasan tertentu.
Mekanisme pertahanan diri ini dilatarbelakangi oleh dasar-dasar psikologis, seperti :
a. Inferiority (inferioritas = perasaan rendah diri)
b. The sense of inadequacy (perasaan tidak mampu)
c. The sense of failure (perasaan gagal)
d. The sense of guilt (perasaan bersalah)
Mekanisme pertahanan memiliki beberapa bentuk, yaitu seperti berikut :
a. Kompensasi
Merupakan usaha-usaha yang biasanya tidak disadari untuk menutupi keterbatasan atau kelemahan dengan cara megembangkan respon-respon yang dapat mengurangi ketegangan dan frustasi sehingga dapat meningkatkan penyesuaian individu.
b. Sublimasi
Pengarahan energi-energi drive atau motif secara tidak sadar ke dalam kegiatan-kegiatan yang dapat diterima secara sosial maupun moral.
c. Rasionalisasi
Sebagai upaya mereka-reka alasan untuk menutupi situasi tidak nyaman, tidak dapat diterima, atau merusak, keutuhan pribadi (ego) atau status.
d. Sour Grape (anggur masam)
Sikap menipu diri sendiri (self-deception), sikap sour grape ini merupakan indikasi ketidakmampuan dan kelemahan kepribadian karena mendistori kenyataan.
e. Egosentrisme dan Superiority
Perbuatan pura-pura yang tidak disadari untuk mencapai kualita superior, dan usaha untuk menyembunyikan inferioritasnya.
f. Introjeksi dan Identifikasi
Pertahanan diri ini berusaha untuk memelihara atau melindungi ego dari kelemahannya. Introjeksi merupakan mekanisme dalam mana individu berusaha mengasimilasi kualitas-kualitas yang diingini atau disenangi dari orang lain / kelompok.
g. Proyeksi dan Sikap Mencela
Mekanisme pertahanan diri dimana individu melepas dirinya keadaan yang tidak diinginkan dengan cara mengkambinghitamkan orang lain atau sesuatu dengan penyebabnya.
h. Represi
Merupakan proses penekanan pengalaman, dorongan, keinginan, atau pikiran yang bertentangan dengan prinsip-prinsip moral dan sosial ke alam tak sadar, akrena hali itu mengancam keamanan egonya.
Seorang dikatakan sehat mental jika seorang tersebut tidak menderita kecemasan, depresi, atau bentuk bentuk simtomatologis, sedangkan pengetahuan, kesejahteraan psikologis, mengartikan kesehatan mental sebagai adanya sesuatu yang positif
sehat menurut froid -> apabila struktur id dalam diri manusia, lebih besar dari ego dan superego.
Kepribadian yang tidak sehat menurut froid adalah strukutur ego dalam diri manusia lebih besar dari id dan super ego

Sumber: http://kuliahpsikologi.dekrizky.com/kesehatan-mental