Salah satu aliran utama dalam sejarah psikologi adalah teori psikoanalitik Sigmund Freud. Psikoanalisis adlah sebuah model perkembangan keperibadian, filsafat tentang sifat manusia, dan metode psikoterapi.Penting untuk di ingat bahwa Freud adalah pencipta pendekatan psikodinamika terhadap psikologi, yang memberikan pandangan baru kepada psikologi dan menemukan cakrawala-cakrawala baru.Ia, misalnya membangkitkan minat terhadap motivasi tingkah laku. Freud juga mengundang banyak kontroversi, eksplorasi, penelitian dan menyajikan landasan tempat bertumpu system-sistem yang muncul kemudian.
Bentuk-bentuk terapi psikoanalisa adalah :
1. Hipnosis
Hipnosis adalah suatu prosedur yang
menyebabkan sensasi, persepsi, pikiran, perasaan, atau tingkah laku berubah
karena disugesti. Huffman, dkk. (1997) seperti ditulis Semiun (h. 555)
mengidentifikasi individu yang dihipnotis, bahwa dia yang dihipnotis itu (1)
perhatiannya dipersempit dan terfokus, (2) menjadikannya sangat mudah
menggunakan imajinasi dan pelbagai halusinasi, (3) sikap individu itu menjadi
pasif dan reseptif, (4) tanggapan terhadap rasa sakit berkurang, dan (5) sangat
mudah sekali disugesti, dengan kata lain, kesediannya untuk mengadakan respon
terhadap perubahan-perubahan persepsi meningkat.
Dalam Kamus Bahasa Indonesia (2008), kita
akan temukan bahwa hipnotis itu suatu perbuatan yang membuat atau menyebabkan
seseorang berada dalam keadaan hipnosis, yaitu keadaan seperti tidur karena
sugesti, yang dalam taraf permulaan orang itu berada di bawah pengaruh orang
yang memberikan sugestinya, tetapi pada taraf berikutnya menjadi tidak sadar
sama sekali. Dalam terapi psikoanalitik, hipnotis digunakan oleh Freud
pada tahap awal kepraktikannya bersama seorang neurolog Prancis kenamaan Jean
Charcot dan dokter asal Wina Josef Breuer saat menangani pasien yang mengidap
histeria.
Awal kemunculan hipnosis diperkirakan sekitar
tahun 1700-an, ketika itu, seorang dokter Wina bernama Franz Anton Mesmer
memperlihatkan suatu teknik animal magnetism, tapi kemudian berubah
menjadi hipnotisme karena penekanan dari teknik tersebut dialihkan untuk
menimbulkan suatu keadaan kesadaran yang berubah melalui sugesti verbal. Pada
abad ke-19, Jean-Martin Charcot, seorang dokter Prancis yang hidup sekitar
tahun 1825-1893 itu melihat hipnotis sebagai cara untuk membantu orang-orang
supaya menjadi santai. Pada tahun yang tidak diketahui, di Paris, Charcot
melakukan eksperimen dengan menggunakan hipnotis untuk menangani hysteria,
yaitu suatu kondisi di mana seseorang mengalami kelumpuhan atau mati rasa yang tidak
dapat dijelaskan oleh pelbagai macam penyebab fisik.
Pada saat demonstrasi eksperimen Charcot itu,
terdapat seorang dokter muda asal Wina, yang diketahui belakangan bernama
Sigmund Freud. Freud berpikir waktu itu dan menyimpulkan bahwa apapun faktor psikologis
yang menyebabkan histeria, faktor-faktor itu pasti terletak di luar area
kesadaran. Dan pada saat itulah, Freud belajar dan menggunakan hipnosis untuk
melihat alam tak sadar manusia. Hanya beberapa tahun Freud akrab dengan
hipnosis, dia meninggalkannya karena dirasa hipnosis tidak efektif seperti
metode-metode lainnya, dan sejak kesadaran akan hal tersebut, Freud benar-benar
tidak menggunakannya lagi. Walau demikian, jejak rekamnya tentu saja sulit
dilupakan orang. Sebagai seorang psikolog yang pernah menggunakan metode
hipnotis, orang akan sangat sulit melupakannya bahwa Freud pernah menggunakan
hipnotis pada awal kepraktikannya sebagai seorang psikiatri, walau Freud
sendiri sudah tidak pernah lagi menggunakannya.
2. Asosiasi
Bebas
Asosiasi bebas merupakan metode yang menyuruh
pasien menguraikan secara terinci masing-masing simtom segera sesudah simtom
itu muncul dan diikuti dengan menghilangnya simtom-simtom tersebut. Analis
meminta kepada klien agar mengatakan apa saja yang melintas dalam pikirannya,
betapapun menyakitkan, remeh, tidak logis, dan tidak relevan kedengarannya.
Singkatnya, dengan menceritakannya tanpa ada yang disembunyikan, klien
terhanyut bersama segala perasaan dan pikirannya. Cara yang khas ialah klien
berbaring di atas balai-balai sementara analis duduk di belakangnya sehingga
tidak mengalihkan perhatian klien pada saat asosiasi-asosiasinya mengalir
bebas.
3. Analisis
Mimpi
Analisis mimpi adalah sebuah prosedur yang
penting untuk menyingkap bahan yang tak disadari dan memberikan kepada
klienpemahaman atas beberapa area masalah yang tidak terselesaikan. Selama
tidur, pertahanan-pertahanan melemah, dan perasaan-perasaan yang direpresi
muncul ke permukaan. Freud memandang mimpi sebagai “jalan istimewa menuju
ketaksadaran”, sebab melalui mimpi-mimpi itu hasrat-hasrat, kebutuhan-kebutuhan
dan ketakutan-ketakutan yang tak disadari diungkapkan.
Mimpi-mimpi memiliki dua taraf isi : isi
laten dan isi manifes. Isi laten terdiri dari motif-motof yang disamarkan,
tersembunyi, simbolik, dan tak disadari. Karena begitu menyakitkan dan
mengancam, dorongan-dorongan seksual dan agresif tak sadar yang merupakan isi
laten ditransformasikan ke dalam isi manifes yang lebih dapat diterima, yakni
impian sebagaimana yang tampil pada si pemimpi. Proses transformasi isi laten
mimpi ke dalam isi manifes yang kurang mengancam itu disebut kerja mimpi. Tugas
analis adalah menyingkap makna-makna yang disamarkan dengan mempelajari
simbol-simbol yang terdapat pada isi manifes mimpi.
4. Transefernsi
Dalam psikoanalitik Freud, transferensi
berarti proses pemindahan emosi-emosi yang terpendam atau ditekan sejak awal
masa kanak-kanak oleh pasien kepada terapis. Transferensi dinilai sebagai alat
yang sangat berharga bagi terapis untuk menyelidiki ketaksadaran pasien karena
alat ini mendorong pasien untuk menghidupkan kembali pelbagai pengalaman
emosional dari tahun-tahun awal kehidupannya. Transferensi pada tahap yang
paling kritis berefek abreaksi (pelepasan tegangan emosional) pada pasien. Efek
lain yang mungkin, ada dua, yaitu positif dan negatif. Positif adalah saat
pasien secara terbuka mentransferkan perasaan-perasaannya sehingga menyebabkan
kelekatan, ketergantungan, bahkan cinta kepada terapis. Negatif bila tatkala
kebencian, ketidaksabaran, dan kadang-kadang perlawanan yang keras terhadap
terapis. Dan ini dapat berefek fatal terhadap proses terapi.
5. Penafsiran
Penafsiran itu sendiri adalah penjelasan dari
psikoanalis tentang makna dari asosiasi-asosiasi, pelbagai mimpi, dan
transferensi dari pasien. Sederhananya, yaitu setiap pernyataan dari terapis
yang menafsirkan masalah pasien dalam suatu cara yang baru. Penafsiran oleh
analis harus memperhatikan waktu. Dia harus dapat memilah atau memprediksi
kapan waktu yang baik dan tepat untuk membicarakan penafsirannya kepada pasien.
Karena penafsiran merupakan masalah yang begitu kritis, analis harus
benar-benar menyadari mekanisme-mekanisme dan pelbagai dorongan untuk
mempertahankan dirinya sebab kalau tidak dia akan jatuh ke dalam perangkap
penafsiran terhadap pelbagai perasaan dan pikiran dinamik pasien menurut
sederet pengalaman dan masalah hidup analis sendiri.
Teknik-teknik pada terapi psikoanalisis
disesuaikan untuk meningkatkan kesadaran, memperoleh pemahaman intelektual atas
tingkah laku klien, dan untuk memahami makna berbagai gejala. Kemajuan
terapeutik berawal dari pembicaraan klien kepada katarsis, kepada pemahaman,
kepada penggarapan bahan yang tak disadari, ke arah tujuan-tujuan pemahaman
intelektual dan emosional yang diharapkan mengarah pada perbaikan kepribadian.
EFEKTIFITAS
Keefektifan dalam terapi ini bila perawatan psikonalitis
berhasil maka pasien tidak lagi menderita simptom-simptom yang melumpuhkan. Ia
menggunakan energi psikis untuk menjalankan fungsi-fungsi ego, dan ia memiliki
ego yang luas di mana berisi pengalaman-pengalaman yang sebelumnya
direpresikan, ia tidak mengalami perubahan kepribadian yang penting. Dan ia
benar-benar menjadi apa yang diinginkannya dalam kondisi yang menyenangkan.
Kekurangan dalam metode
psikoanalisis adalah :
- Pandangan yang terlalu
merendahkan martabat kemanusiaan
- Tidak memiliki
konsekuensi-konsekuensi empiris
- Proses penalaran tidak
dikemukakan secara eksplisit
- Tidak menjawab bagaimana
pengaruh timbal balik antara kateksis dan anti kateksis
Kelebihan dalam metode
psikoanalisa adalah :
- Adanya motivasi yang tidak
disadari memungkinkan seseorang untuk dapat berbuat “lebih”
- Dapat menggali informasi
lebih dalam
- Berusaha menggambarkan
individu-individu sepenuhnya yang hidup sebagian dalam dunia kenyataan dan
sebagian lagi dalam dunia khayalan, tetapi sekaligus mapu berpikir dan
bertindak secara rasional
sumber:
- Gerald, Corey. (2005). Theory and Practice of Counseling and Psychoterapy.Thompson learning: USA.
- Palmer, Stephen. (2011). Konseling Psikoterapi diterjemahkan dariIntroduction to Counselling and Psychotherapy. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Keefektifan dalam terapi ini bila perawatan psikonalitis
berhasil maka pasien tidak lagi menderita simptom-simptom yang melumpuhkan. Ia
menggunakan energi psikis untuk menjalankan fungsi-fungsi ego, dan ia memiliki
ego yang luas di mana berisi pengalaman-pengalaman yang sebelumnya
direpresikan, ia tidak mengalami perubahan kepribadian yang penting. Dan ia
benar-benar menjadi apa yang diinginkannya dalam kondisi yang menyenangkan.
Kekurangan dalam metode
psikoanalisis adalah :
- Pandangan yang terlalu merendahkan martabat kemanusiaan
- Tidak memiliki konsekuensi-konsekuensi empiris
- Proses penalaran tidak dikemukakan secara eksplisit
- Tidak menjawab bagaimana pengaruh timbal balik antara kateksis dan anti kateksis
- Adanya motivasi yang tidak disadari memungkinkan seseorang untuk dapat berbuat “lebih”
- Dapat menggali informasi lebih dalam
- Berusaha menggambarkan individu-individu sepenuhnya yang hidup sebagian dalam dunia kenyataan dan sebagian lagi dalam dunia khayalan, tetapi sekaligus mapu berpikir dan bertindak secara rasional
sumber:
- Gerald, Corey. (2005). Theory and Practice of Counseling and Psychoterapy.Thompson learning: USA.
- Palmer, Stephen. (2011). Konseling Psikoterapi diterjemahkan dariIntroduction to Counselling and Psychotherapy. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar